Mengenal Istilah-Istilah dalam Ilmu Hadist

Mengenal Istilah-Istilah dalam Ilmu Hadist

Allah azza wa jalla telah mengutus nabinya muhammad shallallahu alahi wa salam dengan petunjuk dan agama yang hak, diturunkan kepadanya al-quran al-karim sebagai petunjuk yang Allah ta'ala jaga dari perubahan, penyelewengan, penambahan dan pengurangan, sebagaimana Allah ta'ala telah berfirman dalam alquran

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
sesungguhnya kamilah yang menurunkan az-zikra dan pasti kami (pula) yang memeliharanya. QS. al-hijr. 9

selain alquran, pedoman kedua umat islam adalah hadist nabi sebagai pensyarah alquran dan menjelaskan tentang aqidah, tatacara ibadah, muamalah dll , sebagaimana Allah telah berfirman

وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
dan kami turunkan adz-dzikr (alquran) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan. (QS. An-Nahl. 44)

untuk mempelajari kandungan al-qur'an maka hadist nabi berperan besar dalam hal mensyarahnya.

وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ إِلاّ لِتُبَيِّنَ لَهُمُ الَّذِي اخْتَلَفُوا فِيهِ وَهُدىً وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
dan kami tidak menurunkan kitab (al-qur'an) ini kepadamu (muhammad), melainkan agar engkau dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan, serta menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. An-Nahl. 64)

وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ (3) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ (4)
dan tidaklah yang diucapkannya itu (alquran) menurut keinginannya, tidak lain (alquran itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). An-Najm. 3-4

as-sa'dy rahimahullah berkata dalam tafsirnya: ini menunjukkan bahwa sunnah (hadist) merupakan wahyu dari Allah kepada rasulnya shallallahu alahi wa salam

قال الحافظ ابن رجب : " فأقامَ اللّهُ تعالى لحفظِ السُّنَّةِ أقواماً ميَّزوا ما دخلَ فيها من الكذبِ والوهم والغلطِ ، وضبطُوا ذلكَ غايةَ الضبطِ ، وحفظوه أشدَّ الحفظِ ". انتهى ، "تفسير ابن رجب الحنبلي" (1/605).
berkata alhafidz ibnu rajab: maka Allah ta'ala tetapkan sekelompok kaum untuk menjaga sunnah untuk menyaring, membeda-bedakan sehingga tidak tercampur di dalamnya kedustaan, ilusi/kesan palsu/sangkaan lemah dan kekeliruan/tidak benar, dan menjaganya dengan cermat dan teliti dengan segala upaya yang maksimal dan menghafalnya dengan sangat luar biasa penjagaan. tafsir ibnu rajab alhambaly (1/605)

oleh karena itu seorang muslim tidak boleh mencukupkan diri mempelajari dan mengamalkan islam hanya alquran saja tapi juga hadist nabi yang shahih berdasarkan pemahaman salafus shalih terdahulu.


pada artikel ini dibahas mengenai istilah-istilah ilmu hadist yang disusun para ulama salaf sebagai kaedah untuk para penuntut ilmu agar lebih mudah memahami penjelasan para ulama hadist.

dalam mempelajari hadist sebagian kita mungkin pernah mendengar dalam sebuah kajian atau cerama yang mengatakan silahkan merujuk kepada kutubus sittah (6 imam pemilik kitab kumpulan riwayat hadist), kutubut tis'ah atau pernah membaca pada akhir matan tertulis rowahu (diriwayatkan oleh) ashhabus sunan, akh'rajahu (dikeluarkan oleh) sittah.

penggunaan istilah kutub / kitab / ashabu/rawahu / akhrajahu maksudnya sama yaitu mengarah kepada imam-imam hadist yang mengumpulkan hadist ke dalam kitab-kitab hadist mereka, seperti :

- shahihain (صحيحين) / muttafaqun alahi (متفق عليه) / riwayat bukhari muslim (رواه البخاري و مسلم) : maksudnya bukhari dan muslim

imam asy-syuyuthi rahimahullah dalam kitabnya "tadribur ra'wi" : jika dikatakan shahih muttafaqun alahi atau muttafaqun ala sihhatihi maka maksudnya kedua syaikh yaitu imam bukhari dan muslim sepakat, bisa jadi suatu hadist disepakati oleh bukhari muslim dalam hal periwayatan dari 1 jalur sahabat yang sama atau dari 2 jalur yang sama atau sama-sama dari jalur sahabat nabi yang banyak. bukan maksudnya para perawi dalam sanad hadist sepakat dalam hal lafadz dan makna namun terkadang lafadznya berbeda.

jadi maksud dari muttafaqun alahi adalah hadist yang di riwayatkan imam bukhari dan muslim lalu dicantumkan dalam kitab mereka berdua baik itu sepakat dalam hal lafadz atau berbeda lafadznya, namun yang terpenting sepakat dalam hal maknanya. (islamweb.net)

- akhrajahu as-tsalasah (أخرجه الثلاثة)  / rawahu as-tsalasah (رواه الثلاثةmaksudnya adalah 3 sumber riwayat hadist dalam kitab sunan abu daud, sunan an-nasa'i dan sunan attirmidzi

- ashhabus sunnan (أصحاب السنن) / akhrajahu al-arba'ah (أخرجه الأربعة) / rawahu al-arba'ah (رواه الأربعة) : maksudnya adalah 4 sumber riwayat hadist dalam kitab sunan abu daud, sunan at-tirmidzi, sunan an-nasa'i, sunan ibnu majah

akhrajahu al-khamsah (أخرجه الخمسة) / rawahu al-khamsah (رواه الخمسة) : maksudnya adalah 5 sumber riwayat hadist dalam kitab ashabus sunan dan musnad ahmad

- akhrajahu sittah (أخرجه الستة) / kutubus sittah (كتب الستة) maksudnya adalah 6 sumber riwayat hadist dalam kitab shahihain dan ashhabus sunan

- rawahu al-jamaah (رواه الجمعة) / kutubus sab'ah (كتب السبعة) / akhrajahu as-sab'ah (أخرجه السبعة) maksudnya adalah 7 sumber riwayat hadist dalam kitab shahihain, ashhabus sunan dan musnad ahmad

- akhrajahu at-tis'ah (أخرجه التسعة) / kutubut tis'ah (كتب التسعة) : maksudnya adalah hadist yang diriwayatkan oleh 9 imam yaitu di dalam kitab shahihain, ashhabus sunan, musnad imam ahmad, muwatto imam malik dan sunan ad-darimy

Penjelasan tentang hadist, khabar, atsar, dan hadist qudsi

hadist : apa saja yang disandarkan kepada nabi shallallahu alahi wa salam berupa ucapan atau perbuatan atau ketetapan atau pensifatan.

khabar : apa yang disandarkan kepada nabi shallallahu alahi wa salam dan kepada selainnya sehingga ini lebih bersifat umum dan lebih luas dari hadist

atsar : apa saja yang disandarkan kepada shahabat nabi atau tabiin, dan terkadang yang diinginkan menyandarkan kepada nabi shallallahu alahi wa salam dalam bentuk terbatas.

seperti: dan dalam atsar dari nabi shallallahu alahi wa salam.

para ulama hadist juga menggunakan istilah lain dari kata hadist dengan penyebutan sunnah, khabar dan terkadang memakai istilah atsar.

al-hadist al-qudsi : ungkapan yang diriwayatkan nabi shallallahu alahi wa salam dari rabbnya namun dengan lafadz dari nabi sendiri

hadist qudsi nama lainnya al-hadist ar-rabbani dan al-hadist al-ilahy

seperti perkataan rasulullah shallallahu alahi wa salam yang beliau riwayatkan dari Allah ta'ala Rabb-nya, bahwasanya nabi berkata:

يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي وَأَنَا مَعَهُ حِينَ يَذْكُرُنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُ وَإِنْ اقْتَرَبَ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ اقْتَرَبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا اقْتَرَبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
"Allah 'azza wajalla berfirman; 'Bagi hamba-Ku adalah sebagaimana perasangkanya kepada-Ku, dan Aku akan bersamanya selama ia berdoa kepada-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam sekumpulan orang maka Aku akan mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus darinya. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepada-Nya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari." HR. Muslim. 4851

kedudukan antara hadist qudsi, hadist nabawi dan alquran

1. alquran : disandarkan kepada allah ta'ala lafadz dan makna

2. hadist nabawi : disandarkan kepada nabi shallallahu alahi wa salam lafadz dan makna

kecuali perkara yang tidak diketahui oleh nabi shallallahu alahi wa salam, tidaklah dia berbicara melainkan berdasarkan wahyu seperti kabar tentang perkara qaib di masa akan datang dan seperti kejadian dalam hadist yang diriwayatkan oleh ya'la bin umayyah mengenai seseorang yang bertanya kepada nabi shallallahu alahi wa salam tentang apakah diharamkan umrah dalam keadaan memakai wewangian ? lalu nabi shalallahu alahi wa salam diam sejenak sampai datang kepadanya wahyu mengenai pertanyaan tersebut. dalam kondisi ini hadist nabawi juga maksudnya disandarkan kepada nabi shallallahu alahi wa salam lafadz namun maknanya tidak.

teks hadist secara lengkap tentang hukum pake wewangian ketika umrah

حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عَطَاءٌ أَنَّ صَفْوَانَ بْنَ يَعْلَى بْنِ أُمَيَّةَ أَخْبَرَهُ أَنَّ يَعْلَى كَانَ يَقُولُ لَيْتَنِي أَرَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ يُنْزَلُ عَلَيْهِ قَالَ فَبَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْجِعْرَانَةِ وَعَلَيْهِ ثَوْبٌ قَدْ أُظِلَّ بِهِ مَعَهُ فِيهِ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِهِ إِذْ جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ عَلَيْهِ جُبَّةٌ مُتَضَمِّخٌ بِطِيبٍ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تَرَى فِي رَجُلٍ أَحْرَمَ بِعُمْرَةٍ فِي جُبَّةٍ بَعْدَمَا تَضَمَّخَ بِالطِّيبِ فَأَشَارَ عُمَرُ إِلَى يَعْلَى بِيَدِهِ أَنْ تَعَالَ فَجَاءَ يَعْلَى فَأَدْخَلَ رَأْسَهُ فَإِذَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُحْمَرُّ الْوَجْهِ يَغِطُّ كَذَلِكَ سَاعَةً ثُمَّ سُرِّيَ عَنْهُ فَقَالَ أَيْنَ الَّذِي يَسْأَلُنِي عَنْ الْعُمْرَةِ آنِفًا فَالْتُمِسَ الرَّجُلُ فَأُتِيَ بِهِ فَقَالَ أَمَّا الطِّيبُ الَّذِي بِكَ فَاغْسِلْهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ وَأَمَّا الْجُبَّةُ فَانْزِعْهَا ثُمَّ اصْنَعْ فِي عُمْرَتِكَ كَمَا تَصْنَعُ فِي حَجِّكَ 
Telah menceritakan kepada kami Ya'qub bin Ibrahim Telah menceritakan kepada kami Ismail Telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij katanya, Telah menceritakan kepadaku 'Atha", bahwasanya Shafwan bin Ya'la bin Umayyah mengabarinya, Ya'la berujar; "Sekiranya aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika wahyu diturunkan kepadanya! Katanya, maka ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berada di Ji'ranah yang ketika itu beliau dinaungi dengan sebuah kain bersama beberapa orang sahabatnya, tiba-tiba seorang arab pedusunan (badui,) yang memakai jubah beraroma minyak wangi menemuinya dan bertanya; "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang berihram untuk umrah dengan jubah setelah diberi wewangian? Umar lantas memberi isyarat kepada Ya'la dengan tangannya yang pesannya; "Kemari". Ya'la kemudian datang dan memasukkan kepalanya. Serta merta wajah Rasulullah memerah dan naik darah beberapa saat, kemudian reda. Kata beliau: "Mana si arab badui yang bertanya tentang Umrah? Ia pun kemudian dicari dan didatangkan. Lalu Nabi bersabda: "Wewangian yang ada padamu, tolong cucilah tiga kali, adapun jubah, maka tanggalkanlah, kemudian lakukan dalam umrahmu sebagaimana kamu lakukan dalam hajimu." HR. Bukhari. 3984

3. hadist al-qudsi : disandarkan kepada Allah ta'ala makna bukan lafadz (lafadznya dari nabi)

catatan tentang hadist qudsi

  1. membaca hadist qudsi lafadznya berbeda dengan alquran yang punya keutamaan dan bernilai pahala setiap hurufnya jika dibaca
  2. hadist qudsi tidak dibaca dalam sholat untuk menggantikan alquran
  3. tidak ada pertentangan di dalamnya
  4. periwayat hadist qudsi tidak mutawatir sebagaimana alquran
  5. hadist qudsi ada yang shahih, dhaif/lemah bahkan palsu
bersambung.......

ditulis oleh Atri Yuanda elpariamany

referensi bacaan
mustalahul hadist ibnu utsaimin rahimahullah
islamqa.com
carihadis.com
dll

Tidak ada komentar: